Minggu, 20 Februari 2011

Kontak Kami


Lg Mandiri
Kelompok Ternak Domba Batur-Banjarnegara
 kritik dan Saran dapat melalui;
srandiel@yahoo.co.id

Kamis, 17 Februari 2011

Domba Ekor Tipis (Domba Gembel)

Domba ekor tipis dikenal sebagai domba asli Indonesia dan sering disebut Domba Gembel, dalam Bahasa Inggris disebut Javanesse Thin-Tailed sheep.

Pada awalnya domba ini berkembang di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat, namun saat ini sudah berkembang di seluruh pulau jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Ciri-ciri domba ekor tipis :
Termasuk golongan domba berperawakan kecil, dengan berat badan domba jantan 30-40 kg dan domba betina 15-20 kg.
Bulu wolnya gembel berwarna putih dominan dengan warna hitam di sekeliling mata, hidung, dan beberapa bagian tubuh lain.
Ekornya tidak menunjukkan adanya desposisi lemak.
Telinga umumnya medium sampai kecil dan sebagian berposisi menggantung.
Domba jantan memiliki tanduk melingkar, sedangkan yang betina umumnya tidak bertanduk.
Keunggulan domba ekor tipis ini adalah bersifat prolific (dapat melahirkan anak kembar 2-5 ekor setiap kelahiran), mudah berkembang biak dan tidak dipengaruhi musim kawin, serta mampu beradaptasi pada daerah tropis dan makanan yang buruk.

Domba Batur Banjarnegara (Domas)

Domba Batur (atau Domas) sebenarnya merupakan domba hasil persilangan dari domba lokal yaitu domba Ekor Tipis (Gembel), domba Suffolk dan domba Texel. Pada 1984, kelompok tani ternak di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, berusaha menyilangkan domba bantuan presiden dengan domba lokal. Persilangan domba asal Tapos dan domba lokal menghasilkan keturunan yang oleh warga dinamai domba Batur atau Domas.

Pada awalnya berkembang di daerah Banjarnegara dan menjadi ikon Banjarnegara, dan sejak tahun 2009 mulai berkembang di beberapa daerah Jawa dan Sumatera.

Domba batur jantan maupun betina adalah tipe domba potong yang merupakan penghasil daging yang baik.
Ciri-ciri Domba Batur :
Tubuhnya besar dan panjang.
Kaki cenderung pendek dan kuat.
Domba jantan maupun betinanya tidak memiliki tanduk.
Kulitnya relatif lebih tipis dibandingkan domba garut, kibas, atau gembel, namun bulunya tebal.
Warna bulu dominan putih dan menutupi seluruh tubuhnya hingga bagian muka domba.
Keunggulan utama domba Batur ini adalah berat badannya. Untuk domba jantan dewasa berkisar antara 90-140 kg dan domba betina 60-80 kg, serta tinggi badan domba jantan dapat mencapai 75 cm dan tinggi domba betina 60 cm.

Domba Batur ini memang istimewa montok/gemuk, pada umur dua tahun domba jantan umumnya sudah bisa mencapai bobot 100 kg dan betina 80 kg. Bahkan, domba jantan yang bagus dapat mencapai bobot 140 kg. Domba dengan bobot seperti ini biasanya dijadikan pejantan.

Proporsi dagingnya (bukan karkas yang masih bertulang) juga tinggi. Dagingnya lebih empuk dan lemaknya lebih tinggi. Untuk sate lebih bagus.

Domba Batur mulai dapat dikawinkan pada umur 8 bulan saat si betina mencapai bobot 50—60 kg. Satu ekor pejantan mampu mengawini 10 ekor betina. Betina bunting selama lima bulan dan rata-rata jumlah anaknya 1,5 ekor per kelahiran.

Domba Texel Wonosobo (Dombos)

Domba Texel atau juga dikenal dengan nama Dombos yang artinya Domba Texel Wonosobo. Pada bulan Juli 2009, peternak di Lampung Timur mendatangkan 75 ekor betina dan 1 pejantan domba Texel yang didatangkan dari daerah Dieng Wonosobo, dan ternyata dapat beradaptasi dan berkembang biak dengan baik di daerah Lampung Timur yang bersuhu panas.

Pada tahun 1954/1955 Pemerintah mendatangkan 500 ekor Domba Texel dari Belanda dan dialokasikan ke beberapa daerah di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah (Baturaden Banyumas dan Tawangmangu Solo) dan Jawa Timur, tetapi daerah tersebut tidak mampu mengembangkannya. Akhirnya tahun 1957, dipindahkan ke Daerah Wonosobo. Ternyata penduduk Wonosobo mampu mengembangkan Domba Texel tersebut, akhir tahun 2006 populasi mencapai 8.753 ekor.

Domba Texel mempunyai ciri khas yang mudah dibedakan dari domba jenis lain yaitu : Mempunyai bulu wol yang keriting halus berbentuk spiral berwarna putih yang menyelimuti bagian tubuhnya kecuali perut bagian bawah, keempat kaki dan kepala. Postur tubuh tinggi besar dan panjang dengan leher panjang dan ekor kecil.

Domba Texel tergolong ternak unggulan yang berpotensi sebagai penghasil daging. Bobot badan dewasa jantan dapat mencapai 100 kg dan yang betina 80 kg dengan karkas sekitar 55 %. Dalam penggemukkan secara intensif dapat menghasilkan pertambahan berat badan 265 – 285 gram/hari. Masyarakat Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah telah banyak merintis usaha penggemukan intensif terhadap Domba Persilangan Texel dengan Domba Lokal, yang menghasilkan keuntungan memadai. Di samping itu Domba Texel dapat menghasilkan bulu wool berkualitas sebanyak 1000 gram/ekor/tahun, yang dapat diolah sebagai komuditas yang mempunyai nilai tambah. Di pedesaan Wonosobo yang potensial Domba texel telah dirintis industri rumah tangga yang mengolah bulu wool Domba Texel.

Domba Texel tergolong ternak yang cepat berkembang biak, dapat beranak pertama kali pada umur 15 bulan dan selanjutnya dapat melahirkan setiap delapan bulan. Anak pertama cenderung tunggal dan anak berikutnya kadang-kadang kembar dua. Domba Texel mempunyai karakter genetik yang cenderung dominan. Di Kabupaten Wonosobo, Domba Texel telah banyak memberi kontribusi genetik terhadap domba-domba lokal melalui proses kawin silang, menghasilkan domba domba persilangan yang potensial sebagai penghasil daging.

Kendala pengembangan Domba Texel justru karena tingginya permintaan dari luar daerah yang disinyalir untuk di ekspor ke Malaysia. Hal ini sebenarnya meningkatkan pamor dan nilai harga Domba Texel itu sendiri, sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat peternak dan pedangan Domba Texel. Namun di sisi lain, bila pengeluaran ke luar daerah tak dikendalikan, bisa mengancam terjadinya pengurasan ternak. Kendala lain, perkembang biakan Domba Dexel masih tergantung pada kawin alam, berhubung belum terdapatnya Produsen Frozen semen Domba Texel.

Pemerintah telah berupaya melestarikan Domba Texel melalui Program Village Breeding Centre (VBC) Domba Texel yang meliputi kegiatan pendataan, droping Domba Texel Gaduhan Pemerintah, sosialisasi dan promosi pelestarian maupun teknik budidaya serta pelatihan pengolahan bulu, kulit dan daging Domba Texel.

Seputar Domba

Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang sudah akrab dikalangan masyarakat. Setiap menjelang hari raya Qurban yang dirayakan oleh umat Islam di Indonesia, kita dapat dengan mudah menjumpai ternak domba dan kambing yang dijual untuk keperluan ibadah Qurban. Dilihat dari posturnya masyarakat mungkin melihat ternak kambing hampir sama dengan ternak domba, akan tetapi jika kita membandingkan seekor kambing disebelah kiri kita dan seekor domba disebelah kanan kita, tentu akan terlihat sekali perbedaannya.
Ternak domba merupakan ternak ruminansia kecil, dalam istilah biologi sering disebut dengan hewan yang memamah biak. Memuntahkan kembali pakan yang telah ditelan ke mulut dan dikunyah kembali membuat ternak ini dikenal dengan hewan yang memamah biak. Pada ternak ruminansia besar seperti sapi, memiliki perut jamak, yaitu terdiri dari reticulum, rumen, omasum dan abomasum. Ternak ruminansia dapat memanfaatkan pakan yang memiliki kandungan serat kasar yang tinggi menjadi energy.
Di media masa atau di layar televisi kemungkinan besar kita sering mendengar adanya domba tangkas (domba aduan). Domba ini sering dimanfaatkan untuk diadukan dengan domba lainnya. Ternyata, setelah diselidiki domba tangkas dapat kita temukan di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Hal ini merupakan kekayaan dan ciri khas bagi daerah Garut yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Domba Garut merupakan plasma nutfah bangsa Indonesia.
Plasma nutfah bangsa Indonesia tidak hanya domba Garut, kita dapat menjumpai plasma nutfah bangsa Indonesia di Daerah dataran tinggi Dieng yaitu domba Batur. Nama ini diambil dari daerah asal domba ini yang pengembangannya berada di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. Daerah Batur memiliki ketinggian sampai 1400 diatas permukaan laut yang menyebabkan suhu udaranya dingin. Kecamatan Batur dapat ditempuh dari Kota Banjarnegara maupun dari Kabupaten Wonosobo.
Domba Batur memiliki keunggulan diantaranya:
1. Domba jantan dan betina tidak memiliki tanduk;
2. Tubuhnya besar dan panjang;
3. Kaki cenderung pendek dan kuat;
4. Warna bulu dominan putih menutupi seluruh tubuh sampai ke bagian muka domba.
5. Tinggi badan domba jantan dapat mencapai 0,75 m dan tinggi domba betina 0,60 m. Sedangkan bobot badan domba jantan berkisar antara 100-110 kg dan domba betina 60-70 kg.
Keunggulan domba Batur beserta ciri khas yang unik dan tidak dijumpai di Daerah lain merupakan plasma nutfah bangsa Indonesia yang harus dilestarikan. Jangan sampai ternak plasma nutfah kita yang memiliki banyak keunggulan punah dan hanya menjadi kenangan jaman. Menjadi tugas kita bersama untuk melestarikan kekayaan plasma nutfah kita, khususnya domba batur.
Bagaimanakan cara kita melestarikan plasma nutfah bangsa kita. Itu kemungkinan pertanyaan yang sering muncul dalam benak kita. Semua berawal dari kesadaran masing-masing individu. Jika setiap individu sudah menyadari akan pentingnya pelestarian plasma nutfah, hal ini akan menjadi modal dasar dalam implementasi pelestariannya. Kebijakan pemerintah yang mendukung penuh terhadap pelestarian plasma nutfah akan sangat membantu dalam pelaksanaanya.
Pengembangan domba Batur dapat dilakukan dengan cara meningkatkan populasi ternak domba yang memiliki keunggulan genetik yang tinggi. Jangan sampai ternak dengan keunggulan genetik tinggi yang kita jual, sedangkan ternak yang kualitas genetiknya lebih rendah yang dipertahankan. Hal ini dapat mengancam kelestarian plasma nutfah terutama domba Batur. Jika kekayaan bangsa kita terus kita pertahankan dan kita jaga, maka hal tersebut akan memberikan dampak positif bagi kelangsungan pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, mari kita lestarikan plasma nutfah bangsa kita mulai dari yang ada dilingkungan kita yang paling dekat. Nasib anak cucu kita ditentukan oleh kerja keras kita saat ini.

Domba Batur Ikon Banjarnegara

SEPINTAS perawakan domba ini terlihat berbeda dari domba atau kambing lokal lainnya. Pipinya tembem dan bulu di wajahnya bisa memanjang hingga menutupi hampir seluruh wajahnya. Domba dengan bobot yang bisa mencapai 140 kg ini merupakan ternak unggulan di Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara.

Hewan yang kerap disebut domba batur ini merupakan persilangan domba jantan eks Tapos (hasil persilangan domba Suffolk dengan domba Texel) dengan domba lokal dieng (domba ekor tipis). Badannya gemuk dengan bulu putih tebal, kakinya pendek, kuat, dan tidak bertanduk.
Karena asalnya dari keturunan domba yang hidup di Inggris dan Belanda dengan empat musimnya, domba berbulu tebal ini tampaknya hanya cocok dibudidayakan di daerah dingin. Di Kecamatan Batur yang berada di Pegunungan Dieng dengan ketinggian 1.663 m dpl dan suhu rata-rata 15-18 derajat Celcius, tidak salah jika jenis domba ini berkembang pesat. Domba ini bisa berbobot dua kali lipat dari domba lokal yaitu antara 60 dan 80 kg  dan bobot maksimal 140 kg.

Menurut Edi Puji Waluyo dalam acara ’’Pendampingan dan Penguatan Kelompok Ternak Domba Batur’’ belum lama ini, saat ini ada sedikitnya 400 peternak domba jenis ini yang memelihara sekitar 17 ribu ternak kambing dan domba. Selain untuk dipasarkan di daerah Banjarnegara, domba batur sudah merambah hingga Sumatra. Hal tersebut dipertegas dengan dinobatkannya hewan itu sebagai juara nasional lomba ternak tahun 2003.

Pada awalnya domba batur hanya berkembang di daerah Banjarnegara dan menjadi ikon. Tetapi sejak 2009 ternak tersebut mulai dicoba dikembangkan di beberapa daerah di Jawa dan Sumatra. Keunggulan pengembangannya adalah domba jantan dan betina merupakan tipe ternak potong, penghasil daging yang baik.

Menurut salah satu anggota Kelompok Peternak di Kecamatan Batur, domba jantan umur 2 tahun rata-rata bobotnya mencapai 100 kg dan betina mencapai 80 kg. Bahkan, domba jantan dapat mencapai 140 kg dan umumnya domba ini digunakan sebagai pejantan.

Hewan ini dapat mulai dikawinkan pada umur 8 bulan de-ngan betina yang telah mencapai bobot 50-60 kg. Satu ekor pejantan domba batur bisa mengawini sedikitnya 10 betina. Jika berhasil, domba betina akan bunting selama kurang lebih 5 bulan dengan rata-rata jumlah anak 1,5 ekor per kelahiran.

Menurut Agrina Online (2010), di Keca-matan Batur, harga domba batur terbagi dalam empat kelas, yaitu kelas 1 (bobot di atas 100 kg) dihargai Rp 4 juta-Rp 5 juta per ekor, kelas 2 (bobot di atas 80 kg) dihargai Rp 1,5 juta-Rp 2 juta, kelas 3 berbobot 70-80 kg dihargai Rp 1 juta, dan kelas 4 dihargai di bawah dihargai Rp 1 juta.

Saat ini, domba batur sudah menjadi ikon Kabupaten Banjarnegara dan kebanggaan Provinsi Jawa Tengah. Upaya pelestarian sangat perlu dilakukan, yaitu dengan menunda menjual bibit-bibit yang bagus untuk dikembangkan.
Kecamatan Batur dengan luas wilayah 4.717,100 ha dan jumlah penduduk pada akhir Desember 2009 sebanyak 38.086 jiwa (19.045 jiwa laki-laki  dan 19.041 jiwa perempuan), saat ini memiliki 13 kelompok ternak. Adanya kelompok ternak sangat membantu menguatkan motivasi pengembangan domba batur.
Untuk Hobi Dengan perawatan ternak yang mudah, peternak domba batur sudah serius menggeluti usaha ini sejak 1980-an. Umumnya di Kecamatan Batur, domba ini diberikan pakan rumput antara 6 dan 8 kg dan setiap 3-4 hari diberikan dedak jagung 3 kg untuk kurang lebih 10 ekor domba berbagai umur.

Selain memakan rumput gajah, domba jenis itu mau memakan rumput lapang. Ketersediaan rumput di sekitar lokasi membuat pengeluaran untuk biaya pakan menjadi lebih hemat. Karena itu, biaya perawatan bisa ditekan dan keuntungan dapat dimaksimalkan. Domba jenis itu selain untuk ternak potong (bobot 100 kg domba hidup dapat menghasilkan 42 kg daging) juga bisa menjadi hewan kesayangan. Penampilannya yang menarik membuat beberapa orang memeliharanya untuk tujuan klangenan atau hobi.

Pengembangbiakkannya membutuhkan dukungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk meningkatkan populasinya. Dengan meningkatnya populasi diharapkan pemasaran bisa diperluas merata di dalam dan di luar Pulau Jawa.